Skip to main content

Posts

Asumsi, Data, Dan Pengambilan Keputusan

Minggu ini saya banyak mendapatkan insight dan pembelajaran tentang peran asumsi dan data (fakta) dalam sebuah pengambilan keputusan. Ini mengingatkan saya ketika mengikuti workshop Mind Technology Mastery for Business.  Sedikit cerita, dalam workshop tersebut ada satu sesi yang cukup berkesan dan masih menancap di benak saya. Sesi tersebut adalah sesi berjalan di atas pecahan beling. Ya, para peserta satu persatu diminta berjalan di atas beling, tidak terkecuali saya. Rasanya kala itu jelas campur aduk. Apalagi itu pertama kalinya saya melakukan hal tersebut. Pergolakan batin tentu ada. Di satu sisi, kok ya agak menakutkan, apalagi belum pernah. Di sisi lain, kalau ngga dicoba, ngga akan pernah tahu.  Sebelum sesi injak beling tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan oleh Master Trainernya, yaitu Bang Jendral Nasution. Pertama, Bang Jendral memaparkan beberapa data, yang mana merupakan fakta real, bukan asumsi. Kedua, Bang Jendral melakukannya terlebih dahulu, untuk memberikan contoh

Membangun Tim Dengan Performa Kerja Tinggi

 Jika diingat-ingat, rasanya lumayan sering saya mendapatkan curhatan tentang performa tim penjualan yang kurang yahud alias memble. Padahal, dari sisi jumlah tim mungkin bisa dibilang banyak yang direkrut. Namun, performa kerjanya kaya kurang greget, yang berujung pada hasil yang juga tidak optimal. Bicara tentang tim memang gampang-gampang susah. Gampang ngerekrutnya, susah membinanya, apalagi mencetaknya menjadi sosok yang performa kerjanya tinggi, baik dari sisi jumlah closing yang dihasilkan, pelayanan prima, hingga kapasitas diri untuk menjadi team leader berikutnya. Persoalan ini membawa saya untuk mencari jawabannya ke mana-mana. Mulai dari diskusi ke beberapa Team Leader, hingga mencari beberapa referensi bertema leadership & team work, baik dalam bentuk buku maupun workshop. Sehingga sampailah pada beberapa poin yang akan saya tuliskan di bawah ini. Langkah #1 : Miliki Peta Kompetensi Setiap profesi atau pun bisnis, pasti punya kompetensi atau keahlian yang dibutuhkan unt

5 Tips Start Strong Di Tahun 2021

Jelang akhir tahun 2020, salah satu mentor sekaligus guru saya di LOGOS Global Academy, Coach Tjia Irawan, memposting sebuah quote yang cukup menggelitik di salah satu media sosialnya. Isi quotenya kurang lebih seperti di bawah ini. Bagaimana mungkin FINISH STRONG jika you STARTED WRONG & ACTION-nya ZONK? Sangat menggelitik bukan? Sungguh-sungguh sangat nampar. Dan rasanya ini salah satu sebab kenapa akhirnya resolusi akhir tahun hanya menjadi wacana dari tahun ke tahun. Keberhasilan dalam pencapaian pada beberapa aspek tahun 2020 tidak membuat saya berhenti mengevaluasi untuk menetapkan goal selanjutnya. Bedanya, jika tahun-tahun sebelumnya semua mengalir layaknya tanpa saya pahami konsep detailnya, maka tidak demikian di tahun ini. Mengenal LOGOS sangat membantu saya dalam memetakan dan mendesain goal yang akan dicapai di tahun 2021. Saya tidak akan menjabarkan apa dan bagaimananya di sini, jika Anda membutuhkan konsultasi profesional dengan LOGOS untuk mendesain GOAL dan ACTION

Staycation, Liburan Minim Budget Di Tengah Waktu Terbatas

Pernah dengar istilah STAYCATION? Jika belum artinya kurang lebih adalah liburan yang dilakukan di rumah atau di dekat rumah, tanpa pergi atau melakukan perjalanan ke tempat lain . Bentuknya bisa bersantai di rumah dengan pengondisian tertentu, atau menginap di hotel / penginapan yang ada di kota tempat kita tinggal sembari menikmati semua fasilitas yang disediakan di sana. Saya dan Cibi sendiri, sudah sejak beberapa tahun yang lalu memiliki hobi staycation . Sebenernya kami berdua senang travelling untuk berlibur. Namun, karena keterbatasan waktu (cuti terbatas) dan juga kami adalah tipe turis, bukan traveller, maka perlu banyak persiapan. Mulai dari menentukan waktunya, dan juga persiapan budget yang cukup lumayan. Tentu saja ini didasari pada keinginan liburan yang bener-bener refreshing, bukan cuma dapet capek karena harus mengunjungi banyak lokasi di waktu terbatas. Di sisi lain refreshing sendiri sudah jadi satu gaya hidup yang tidak terelakkan, di tengah tekanan dan tantangan

Menikah, Buat Apa?

Dulu, di awal sebelum menikah, setiap kali ada pertanyaan apa tujuan menikah jawaban saya selalu standar, "Menyempurnakan agama." Jawaban khas orang kebanyakan, entah karena memang mengerti apa makna di balik jawaban itu atau hanya sekedar ikut-ikutan saja. Sama seperti saya, beberapa tahun yang lalu saat masih single dan belum menikah. Ketika sudah menikah, lain lagi jawabannya. Menikah adalah life time job alias pekerjaan seumur pernikahan. Ada upaya untuk menjaga segala sesuatunya tetap baik. Tidak hanya baik dari sisi suami namun juga baik bagi berdua. Bisa berkomunikasi dengan baik hingga saling mengerti satu sama lain saja bukan pekerjaan yang mudah. Belum lagi aspek-aspek lainnya. Oleh karenanya, perjalanan pernikahan saya dan Cibi yang sudah menggenapi usia 8 tahun, tepat hari ini, membawa saya berpikir ulang apa tujuan dari pernikahan itu. Kalau jawabannya seperti paragraf awal, ya tak ubahnya seperti halnya kalau ditanya apa tujuannya makan dan dijawab agar kenyang.

Bersahabat Dengan Target

Beberapa hari yang lalu saya melakukan survey kecil-kecilan kepada Komunitas Alumni Kelas Covert Selling, baik yang di level basic (dasar) ataupun advance (lanjutan), tentang target. Kebetulan mayoritas alumni adalah para Reseller, Marketer, Agen, Distributor atau apapun sebutannya.  Semua berawal dari seringnya saya mendapatkan pertanyaan dari prospek yang hendak bergabung di bisnis Milagros yang saya sedang saya tekuni beberapa tahun terakhir. Pertanyaan mereka adalah, "Mas, di Milagros ini ada target atau tutup poinnya ngga?" Maka dari itu, saya jadi penasaran apakah di bisnis konvensional lainnya juga mengalami hal yang sama. Ternyata sama saja. Para Produsen ataupun Distributor / Agen yang melakukan rekrutmen Reseller / Marketer (level terbawah tim penjualannya), juga kerap mendapatkan pertanyaan yang sama. Ini lantas membuat saya berpikir, ada apa dengan target? Kenapa kok begitu ditakuti dan menjadi momok mengerikan ketika memulai berbisnis di level paling bawah?  Di

Ritual Membangun Mood Agar Lebih Produktif

Bagi saya yang hingga hari ini masih bekerja sebagai karyawan, di mana jadwal kerja masih terpatok pukul 08.00 - 17.00, maka mau tidak mau aktivitas pembuka di pagi hari menjadi satu titik kunci yang akan mempengaruhi produktivitas seharian. Jika di awal sudah memulainya dengan tidak pas, maka biasanya aktivitas di hari itu akan ada aja yang ngga pas. Dengan kata lain, kurang produktif. Menyadari hal ini, maka saya mencoba untuk membangun sebuah ritual pagi sebelum bekerja untuk membangun mood positif dan mengatur getaran rasa di posisi yang nyaman, tenang dan bahagia. Ibaratnya, jika mau ke medan pertempuran, jangan lupa mempersiapkan segala sesuatunya. Begitu juga ketika akan bekerja. Selain faktor fisik yang disiapkan, faktor non fisik pun perlu disiapkan. Melalui postingan ini, saya ingin berbagi tentang beberapa ritual pagi yang biasa saya lakukan setiap hari, untuk mengondisikan diri agar siap dan bisa lebih produktif di hari itu. 1. Mengondisikan Hati Kita tentu tidak bisa memil