Minggu ini saya banyak mendapatkan insight dan pembelajaran tentang peran asumsi dan data (fakta) dalam sebuah pengambilan keputusan. Ini mengingatkan saya ketika mengikuti workshop Mind Technology Mastery for Business.
Sedikit cerita, dalam workshop tersebut ada satu sesi yang cukup berkesan dan masih menancap di benak saya. Sesi tersebut adalah sesi berjalan di atas pecahan beling. Ya, para peserta satu persatu diminta berjalan di atas beling, tidak terkecuali saya.
Rasanya kala itu jelas campur aduk. Apalagi itu pertama kalinya saya melakukan hal tersebut. Pergolakan batin tentu ada. Di satu sisi, kok ya agak menakutkan, apalagi belum pernah. Di sisi lain, kalau ngga dicoba, ngga akan pernah tahu.
Sebelum sesi injak beling tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan oleh Master Trainernya, yaitu Bang Jendral Nasution. Pertama, Bang Jendral memaparkan beberapa data, yang mana merupakan fakta real, bukan asumsi. Kedua, Bang Jendral melakukannya terlebih dahulu, untuk memberikan contoh sekaligus pembuktian bahwa sesi tersebut benar-benar aman.
Singkat cerita, dengan mengucap bismillah, saya mengambil keputusan untuk memberanikan diri mencoba berjalan di atas beling, sebagaimana yang diminta oleh Bang Jendral. Voila! Semua berjalan dengan baik dan aman-aman saja. Berikut cuplikan videonya.
Setelah seluruh peserta melakukannya, Bang Jendral pun menjelaskan apa maksud sesi tersebut. Intinya adalah seringkali pengambilan keputusan dalam sebuah bisnis dibayangi oleh ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan. Padahal, data-data berupa fakta sudah didapatkan. Ketakutan-ketakutan ini hadir karena asumsi yang seringkali kita ciptakan sendiri, tanpa melihat data-data yang sudah didapat, khususnya yang berupa fakta.
Namun demikian, meskipun data fatanya sudah ada, bukan berarti pengambilan keputusan tidak mengandung resiko. Resiko pasti tetap ada. Hanya saja dengan melihat keseluruhan data yang dibutuhkan, maka potensi resiko dapat diminimalisir.
Sejak mengikuti workshop tersebut, saya jadi lebih berani dalam mengambil keputusan, terutama bila data-data yang dibutuhkan sudah cukup menunjang. Tentunya data yang berupa fakta, bukan asumsi apalagi perasaan semata.
Dipikir-pikir, prinsip ini rasanya bisa diterapkan di semua aspek kehidupan, tidak hanya bisnis atau pekerjaan semata. Karena saya mengamati, mereka yang senang berasumsi seringnya mengambil keputusan yang salah dan berujung pada kekacauan.
- Berapa banyak hubungan rumah tangga yang retak, hanya gara-gara masing-masing lebih suka berasumsi daripada mencari kejelasan faktanya kepada pasangannya?
- Berapa banyak hubungan ortu dan anak yang kurang baik, hanya gara-gara masing-masing punya asumsinya sendiri, daripada mencari kejalasan fakta baik pada ortunya ataupun anaknya?
- Berapa banyak hubungan pertemanan yang rusak, hanya gara-gara asumsi yang belum tentu benar? Dan masih banyak lainnya lagi.
Oleh karenanya, saya ingin mengingatkan para sahabat terhadap asumsi ini sendiri. Bahkan asumsi positif pun bisa jadi berbahaya, manakala tidak ditunjang dengan data (fakta) yang memadai. Jadi, sebelum mengambil keputusan apapun, apalagi yang sifatnya emosional dan didasarkan pada asumsi belaka, ada baiknya mencari kejelasan dan data berupa fakta yang dibutuhkan.
Selamat mengambil keputusan.
Your #1 Big Fan,
Arief MaulanaCo-Founder Republik Ungu
Registered LOGOS Facilitator
Licensed Trainer of Covert Selling
Comments
Post a Comment